wartaperang - Perdana Menteri Nuri al-Maliki pada Rabu (9/7/2014) menuduh wilayah Kurdi utara otonomi menampung jihadis Negara Islam yang telah menguasai wilayah sangat luas dan memicu krisis terburuk di Irak dalam beberapa tahun.

"Jujur, kita tidak bisa diam atas hal ini dan kita tidak bisa diam ketika Arbil menjadi markas bagi ISIS, dan Baath, dan al-Qaeda dan operasi teroris", kata Maliki dalam pidato televisi mingguannya.

"Kita tidak bisa diam selama gerakan yang mengeksploitasi keadaan semakin meluas", tambah Maliki, marah dengan pengumuman Kurdi pekan lalu  untuk mengadakan referendum tentang penentuan nasib sendiri.

Pasukan Kurdi pindah ke wilayah yang disengketakan di tepi wilayah otonomi mereka, khususnya mengontrol kota minyak Kirkuk, ketika sebuah aliansi jihad dipimpin Negara Islam menyapu Irak barat laut bulan lalu.

Para pejuang Peshmerga sangat efektif berada di beberapa daerah saja ketika melawan jihadis tapi presiden Kurdi Irak Massud Barzani telah bersumpah mereka tidak akan pergi meninggalkan daerah yang mereka pertahankan.

Langkah Kurdi datang beberapa hari setelah proklamasi "khalifah" oleh kelompok jihad Negara Islam yang mempelopori perlawanan terhadap tentara Irak di kota Mosul dan wilayah-wilayah lainnya di Irak.

Para pengamat berpendapat bahwa perkembangan dari bulan lalu mengancam untuk memecah belah negara itu.

Maliki memperingatkan Kurdi bila keputusan mereka untuk membakar jembatan dengan Baghdad akan menjadi bumerang.

"Mereka (kelompok militan) akan kalah dan begitu pula yang menyediakan tempat untuk mereka, karena mereka gagal memberikan contoh kemitraan yang patriotik", katanya.

sumber: alarabiya
by: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top