wartaperang - Sebuah truk dikemas dengan bahan peledak menewaskan 89 orang di sebuah pasar yang ramai di Afghanistan timur, menurut pejabat, membuatnya menjadi salah satu serangan paling mematikan tahun ini.

Bom meledak saat polisi mencoba menghentikan kendaraan setelah memungut uang retribusi.

Ledakan terjadi di Urgun, Paktika, di sepanjang perbatasan dengan Pakistan, menyoroti situasi keamanan yang berbahaya di Afghanistan. Taliban telah berusaha untuk menegaskan kembali otoritas mereka di timur dan selatan ketika NATO akan menarik 50.000 tentaranya yang terakhir dan menyerahkan tanggung jawab kepada pasukan lokal.

Pada saat yang sama, kesepakatan telah tercapai untuk menyelamatkan pemilihan presiden yang dipersengketakan. Semua suara sejumlah delapan juta orang akan dikaji ulang, bagian dari kesepakatan untuk meredakan krisis politik.

Seorang juru bicara pemerintah, yang dikutip oleh Reuters, mengatakan 89 orang tewas dalam pemboman pasar.

"Jumlah korban mungkin meningkat", kata Jenderal Zahir Azimi.

Pejabat lokal lebih berhati-hati dengan menempatkan korban tewas 38 orang saja.

Saksi mata mengatakan toko-toko hancur dan puluhan korban terjebak dalam reruntuhan.

Ambulans militer dan helikopter membantu mengangkut yang terluka ke rumah sakit.

Hamkimullah, seorang saksi, mengatakan kepada AFP ledakan itu memiliki dampak buruk terhadap pasar.

"Tidak ada ruang di rumah sakit bagi para korban, orang-orang merawat korban yang terluka di jalan-jalan", katanya.

Tidak ada seorang pun mengaku bertanggung jawab dan Taliban mengirim pesan kepada organisasi media mengutuk serangan terhadap warga sipil lokal - meskipun kelompok ini telah bertanggung jawab untuk sebagian besar insiden serupa.

Beberapa jam sebelumnya, sebuah bom yang dikendalikan dari jauh meledak ketika bus staf istana presiden berjalan melalui Kabul, menewaskan dua orang dan melukai lima orang lainnya.

Petugas NATO memprediksi serangkaian serangan besar tahun ini dimana Taliban mencoba menggambarkan dirinya sebagai pemenang atas hengkakngnya pasukan tempur NATO.

Pekan lalu sebuah laporan PBB mengatakan korban sipil telah meningkat sebesar 24% pada semester pertama 2014 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sengketa pemilu juga telah meningkatkan gejolak dan merusak upaya NATO untuk meninggalkan pemerintahan yang stabil di Kabul.

Abdullah Abdullah awalnya menolak untuk menerima hasil yang menempatkan saingannya, Ashraf Ghani, dengan perolehan suara lebih banyak dari satu juta orang.

sumber: telegraph
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top