wartaperang - Pihak militer mengatakan Rabu bahwa lebih banyak pasukan telah dikerahkan untuk bertindak atas informasi yang masuk yang bisa mengarah pada penyelamatan orang yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf, termasuk empat di antaranya mendapatkan ancaman eksekusi bila hari Senin belum juga ditebus.

virtual office surabaya .adv - Militer mengatakan bahwa pencarian dan operasi penyelamatan tanpa henti telah berlangsung di wilayah Sulu sementara angkatan bersenjata juga memantau wilayah terdekat yaitu Tawi-Tawi dan Basilan.
"Operasi itu telah berlangsung. Ada informasi baru. Itu sebabnya kami menambahkan pasukan tambahan. Jadi, operasi tidak berhenti, tetapi jika kita memiliki informasi baru, kami memiliki pasukan baru untuk merespon itu," Mayor Filemon Tan Jr., juru bicara Komando Mindanao Barat (Westmincom) mengatakan.

Tan mengatakan pasukan darat mengetahui beratnya tekanan dari situasi dimana sandera Abu Sayyaf berada dan meyakinkan masyarakat bahwa militer belum berhenti melakukan misi pencarian dan penyelamatan.

Kelompok Abu Sayyaf telah mengirimkan ultimatum ke keluarga masing-masing dan pemerintah terkait empat tawanan yaitu dari Kanada John Ridsdel dan Robert Hall, Kjartan Sekkingstad dari Norwegia dan seorang warga Filipina Marites Flor - sampai Senin depan untuk membayar uang tebusan masing-masing sebesar P300juta atau mereka akan dibunuh.

Para korban, yang diambil dari sebuah resor di Samal Island di Davao del Norte September lalu, diyakini ditahan di hutan-hutan Sulu. Mereka terlihat diarak dalam sebuah video yang diposting online awal bulan ini.

"Kami tidak mengikuti batas waktu - apakah itu mendekati atau tidak - selama kita mendapatkan informasi, pasukan akan memukul mereka," kata Tan.

Dia mengatakan angkatan bersenjata melakukan usaha terbaik untuk mencari dan menyelamatkan korban. "Kami tidak pernah bersantai dan kami tidak meninggalkan waktu untuk jeda karena kita tahu gawatnya situasi."

Selain dari tawanan yang diambil dari Samal, militer juga telah mencari korban lain Abu Sayyaf, termasuk 14 orang Indonesia dan empat warga Malaysia yang ditangkap minggu lalu dan juga diyakini ditawan di Sulu. Kelompok teroris juga menahan enam warga Filipina lainnya.

Militer Filipina Mendesak Tidak Ada Tebusan Untuk Membebaskan Tawanan

Filipina tidak menghendaki pembayaran uang tebusan, untuk tawanan yang dilakukan oleh militan Islam dalam upaya untuk menghentikan "industri" penculikan yang muncul setelah serangkaian serangan pemberontak kepada kru Indonesia dan Malaysia.

Seorang juru bicara militer Filipina menanggapi laporan media pada hari Selasa, mengutip seorang menteri Indonesia mengatakan perusahaan Taiwan akan membayar untuk membebaskan 10 warga Indonesia yang ditahan oleh pemberontak Abu Sayyaf.

18 kru dari Indonesia dan Malaysia telah ditawan dalam tiga serangan terpisah di kapal tunda di perairan Filipina dekat perbatasan maritim dengan kedua negara.
"Angkatan bersenjata terus mendorong semua orang untuk mengamati tidak ada kebijakan tebusan pemerintah," kata juru bicara militer Filipina Brigadir Jenderal Restituto Padilla wartawan.

Dia mengatakan militer ingin "mencegah hal semacam ini tumbuh menjadi 'industri'" dan memotong dana yang pada akhirnya akan memperkuat pemberontak.
Menteri Koordinasi Indonesia untuk politik, urusan hukum dan keamanan, Luhut Pandjaitan, telah menyatakan bila sebuah perusahaan Taiwan siap untuk membayar 50 juta peso (S $1.450.000) untuk membebaskan awak yang telah ditahan sejak akhir Maret.

Filipina jarang mempublikasikan pembayaran uang tebusan dan pejabat kadang-kadang menyamarkan mereka dengan istilah lain.
Padilla mengatakan ada operasi militer yang sedang berlangsung untuk menyelamatkan para tawanan. "Keamanan korban penculikan adalah perhatian primordial kita," tambahnya.
Lima warga negara asing lainnya, termasuk dua warga Kanada, juga ditahan di pulau selatan terpencil Jolo, kubu kelompok Al-Qaeda kecil tapi penuh kekerasan, yang dikenal dengan pemancungan, pemboman dan pemerasan.

Neil Reeder, duta besar Kanada untuk Filipina, menyatakan keprihatinan serius atas ancaman Abu Sayyaf untuk memenggal kepala dua warganya pada tanggal 25 April jika keluarga dan pemerintah mereka gagal membayar 300 juta peso untuk masing-masing.

"Kami sangat, sangat prihatin dengan situasi negara kita," Reeder mengatakan kepada wartawan di Manila. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk keselamatan dan keamanan mereka dan kami berharap bahwa mereka akan aman, sehat dan dibebaskan segera."

Keamanan sangat genting di selatan Filipina yang dihuni sebagian besar oleh penduduk beragama Kristen, meskipun pakta perdamaian 2014 telah tercapai antara pemerintah dan kelompok pemberontak Muslim terbesar yang mengakhiri 45 tahun konflik.

sumber: philstar, straitstimes

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top