wartaperang - Pasukan pemerintah Suriah yang didukung oleh serangan udara Rusia terus melawan pemberontak Negara Islam (ISIS/IS) di sekitar Palmyra pada hari Senin, mencoba untuk memperpanjang keuntungan mereka setelah mengambil kembali kendali kota kuno Palmyra dari militan Negara Islam.

Kremlin pada hari Senin juga mengatakan pasukan darat Rusia tidak mengambil bagian dalam operasi yang dilakukan tentara Suriah untuk mengusir pejuang Negara Islam dari Palmyra, namun angkatan udara Rusia akan terus membantu pasukan pemerintah Suriah.

"Kita berbicara tentang dukungan udara oleh pesawat-pesawat kami. Angkatan bersenjata kita tidak melakukan operasi apapun di tanah disana," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam teleconference dengan wartawan.

"Setelah penarikan bagian dari kontingen kami (militer) dari Suriah, hanya unit angkatan udara yang tersisa di dua basis - di Hmeymim dan Tartous - akan terus berjuang melawan kelompok teroris dan akan terus mendukung serangan tentara Suriah."

Hilangnya Palmyra pada hari Minggu adalah salah satu kemunduran terbesar bagi kelompok militan yang menyatakan kekhalifahan di 2014 di sebagian besar wilayah Suriah dan Irak.

Tentara Suriah mengatakan kota dengan wilayah luas berisi reruntuhan dari Kekaisaran Romawi, akan menjadi "Launchpad" untuk operasi terhadap kubu Negara Islam di Raqqa dan Deir al-Zor, lebih ke timur melintasi hamparan luas padang pasir.

Media pemerintah Suriah mengatakan pada hari Senin bahwa bandara militer Palmyra adalah sekarang terbuka untuk lalu lintas udara setelah tentara membersihkan daerah sekitarnya dari pejuang Negara Islam.

Ada bentrokan di timur laut dari Palmyra antara Negara Islam dan pasukan sekutu pemerintah, yang didukung oleh serangan udara Suriah dan Rusia, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang memonitor perang.

Serangan udara yang diyakini berasal dari Rusia, juga menyerang jalan ke arah timur dari Palmyra menuju arah Deir al-Zor, katanya.

Meskipun sebagian besar tentara Negara Islam mundur dari Palmyra pada hari Minggu, masih ada beberapa militan di kota itu, kata Observatorium. Direktur Observatorium Rami Abdulrahman juga mengatakan sebagian besar penduduk melarikan diri sebelum serangan pemerintah dan tidak pernah mendengar tentang kematian warga sipil disana.

Pada hari Minggu enam ledakan terdengar dipicu oleh serangan bom mobil dalam kota dan pinggiran yang dilakukan oleh Negara Islam. Tiga militan dengan sabuk bunuh diri juga meledakkan diri, menimbulkan korban yang tidak dapat ditentukan di antara pasukan militer dan pasukan sekutu, kata Observatorium.

Siaran televisi Suriah yang dikelola negara dari dalam Palmyra, menunjukkan jalan-jalan kosong dan bangunan rusak parah.

Abdulrahman mengatakan 417 pejuang Negara Islam sejauh ini diketahui meninggal dalam kampanye untuk merebut kembali Palmyra, sementara 194 orang tewas di sisi pemerintah Suriah.

Namun klaim mengenai jumlah tewas dari pemerintah Suriah berbeda jauh dengan klaim dari beberapa sumber Negara Islam. Dikatakan bila korban dari sekutu Suriah mencapai lebih dari 500 ratus tentara yang terdiri dari milisi syiah, SAA, tentara dan pejabat Rusia, dan lain-lain. Para pendukung Negara Islam memperlihatkan foto-foto dari ratusan peti pemakaman dari milisi syiah. Beberapa jenderal Suriah dan staff penting Rusia juga telah menjadi korban di Palmyra.

Ada pertempuran sengit di sekitar kota yang dikuasai oleh Negara Islam di kota Qaryatain Senin, 100 km (60 mil) barat dari Palmyra, pemerintah Suriah juga telah berusaha untuk merebut kembali. Qaryatain di kuasai oleh Negara Islam bulan Agustus lalu setelah merebut Palmyra.

Cuplikan siaran televisi Suriah dari dalam museum Palmyra pada hari Minggu menunjukkan patung-patung yang rusak dan digulingkan , serta beberapa kasus dinding bangunan yang terpecah.

Kepala barang antik Suriah mengatakan berjanji akan mengembalikan monumen yang rusak landmark kuno lainnya yang masih berdiri dan rusak.

"Palmyra telah dibebaskan. Ini adalah akhir dari penghancuran di Palmyra," kata Mamoun Abdelkarim kepada Reuters, Minggu. "Berapa kali kita menangis untuk Palmyra? Berapa kali kita merasa putus asa? Tapi kami tidak kehilangan harapan."

sumber: al-arabiya, medsos
oleh: n3m0

Advertising - Baca Juga :
Asal Muasal Nama Simalungun - Dongeng Indonesia
Beans And Sauce Can Change The Color Of Teeth

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top