wartaperang - Pasukan pemerintah Irak bertarung sengit melawan militan Sunni untuk mengontrol kilang terbesar negara itu pada Kamis ketika Perdana Menteri Nouri al-Maliki menunggu respon AS melakukan serangan udara demi memukul mundur ancaman ke Baghdad.

Kilang minyak Baiji yang berjarak 200 km (130 mil) utara ibukota dekat Tikrit, adalah medan perang antara pasukan yang setia kepada pemerintah yang dipimpin Syiah menahan pemberontak dari Negara Islam Irak dan Levant dan sekutunya yang telah menyerbu perimeter sehari sebelumnya, mengancam pasokan energi nasional.

Televisi Al Arabiya News Channel menunjukkan asap mengepul dari pabrik dan bendera hitam yang digunakan oleh ISIS berkibar dari sebuah bangunan. Pekerja terjebak di dalam kompleks, yang menyebar sekian mil dekat dengan sungai Tigris, mengatakan militan Sunni tampaknya berhasil menguasai sebagian besar wilayah dan bahwa pasukan keamanan terkonsentrasi di sekitar ruang kontrol kilang. Para pejabat keamanan Irak telah membantah bila kilang hampir jatuh.

250-300 staf lainnya dievakuasi Kamis pagi, salah satu pekerja mengatakan melalui telepon.

Helikopter militer telah menyerang posisi militan semalam, ia menambahkan.

Baiji, 40 km (25 mil) utara dari kota asal Saddam Hussein, Tikrit, terletak tepat di wilayah yang direbut dalam sepekan terakhir oleh berbagai kelompok Sunni bersenjata, dipelopori oleh ISIS, yang berharap untuk mendirikan kekhalifahan Islam baru di Irak dan Suriah. Pada hari Selasa, staf menutup pabrik, yang membuat banyak rakyat Irak terutama penduduk di bagian utara kekurangan BBM untuk transportasi dan pembangkit listrik.

ISIS, yang menganggap mayoritas Muslim Syiah Irak sebagai bidah dan bagian dari Syiah Iran, telah memimpin kelompok-kelompok Sunni di Irak utara untuk merebut  kota utama Mosul pekan lalu ketika pasukan bersenjata Maliki yang didukung AS runtuh.

Kemajuan dari kelompok ISIS telah diperlambat oleh militer yang menggalang kekuatan kembali dibantu oleh milisi Syiah dan relawan lainnya.

ISIS, yang pemimpinnya memutuskan hubungan dengan al Qaeda setelah menuduh gerakan jihad global menjadi terlalu berhati-hati, kini telah mengamankan kota dan beberapa wilayah di Irak dan Suriah. Mereka menerapkan pengaturan yang baik pada kota-kota yang dikuasa yang menyebabkan negara-negara Barat khawatir bisa menjadi pusat terorisme.

Pemerintah Irak telah mengumumkan pada hari Rabu permintaan untuk serangan udara kepada AS, dua setengah tahun setelah pasukan AS mengakhiri pendudukan selama sembilan tahun yang dimulai dengan menggulingkan Saddam pada tahun 2003.

Washington tidak memberikan indikasi akan setuju untuk menyerang dan beberapa politisi telah mendesak Presiden Barack Obama bersikeras bahwa Maliki harus memenuhi syarat lebih lanjut untuk mendapatkan bantuan AS.

Beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari membuat permintaan secara publik, Jenderal Martin Dempsey, ketua Kepala Staf Gabungan, menghindari jawaban langsung ketika ditanya oleh senator apakah Washington akan menyetujui permintaan Irak atau tidak.

"Kami memiliki permintaan dari pemerintah Irak untuk kekuatan udara," kata Dempsey. Ditanya apakah Amerika Serikat harus menghormati permintaan itu, ia menjawab secara tidak langsung, dengan mengatakan, "Adalah kepentingan keamanan nasional kami untuk melawan ISIS dimana pun kita menemukan mereka".

Para pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan permintaan Irak telah termasuk serangan pesawat tak berawak dan peningkatan pengawasan oleh pesawat tak berawak AS yang terbang di atas Irak. Namun, target untuk serangan udara bisa sulit untuk di identifikasi.

Rintangan lain untuk keterlibatan militer AS bisa menjadi tekanan politik dari Washington agar Maliki berhenti. Beberapa tokoh terkemuka di Kongres telah berbicara bahwa mereka menentang perdana menteri, dimana Obama telah didesak untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi perpecahan sektarian.

Senator Republik John McCain mendukung operasi militer tetapi mendesak Obama untuk "membuatnya sangat jelas bagi Maliki bahwa waktunya sudah habis".

Disisi lain di kawasan timur tengah, United Arab Emirates memanggil pulang duta besarnya di Irak "untuk konsultasi," kantor berita negara WAM melaporkan pada hari Rabu, mengutip "perkembangan berbahaya" di sana.

Kementerian Luar Negeri UEA mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan "keprihatinan yang mendalam atas kebijakan sektarian dan eksklusif yang terus meminggirkan komponen penting dari rakyat Irak", demikian menurut WAM.

UEA juga mengkritik pernyataan pemerintah Irak yang diterbitkan pada hari Selasa, yang menuduh Arab Saudi - GCC sekutu UEA - mendukung kelompok bersenjata di Irak.

Pernyataan UAE mengatakan "satu-satunya cara untuk menyelamatkan Irak dan untuk menjaga persatuan dan stabilitas adalah untuk mengadopsi pendekatan nasional" kompromi yang tidak mengecualikan populasi Sunni di negara itu.

Sebelumnya UEA yang merupakan mitra Arab Saudi memperingatkan bahwa Irak bisa meluncur ke perang saudara setelah militan Islam dan suku merebut wilayah besar di seluruh negeri.

sumber: beberapa sumber

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top