wartaperang - Tokoh wanita yang pernah dimusuhi seorang petinggi Nazi, tetapi dengan banyaknya protes telah membuat si petinggi mengalah.

Tatkala perang berlangsung sengit, kematian sudah merupakan makanan sehari-hari, dan setiap harinya peperangan hanya dipenuhi oleh kaum lelaki, maka penyembuh dari semua itu hanyalah sentuhan perempuan. Inilah yang dialami para prajurit ketika Perang Dunia II (1939 - 1945).

Terkisah seorang wanita yang bernama Lili Marleen dimana memerankan sebagai idola dari para prajurit ini. Sebenarnya nama Lili Marleen adalah gambaran dari judul tembang yang disiarkan oleh radio Nazi di stasiun Belgrade, Yugoslavia. Dimana transmisi siarannya telah mencapai kawasan Eropa dan Mediterania, dan secara langsung para prajurit bisa menikmatinya ketika sedang bertugas. Saat masih berupa bait puisi, tembang Lili Marleen tersebut berjudul Das Lied eines Jungen Soldaten auf der Wacht (tembang untuk prajurit muda yang sedang bertugas).

Untuk pertama kalinya Lili Marleen telah direkam pada 2 Agustus 1939 oleh seorang biduan bernama Lale Andersen. Pada awalnya penyiaran lagu ini diberhentikan oleh Menteri Propaganda Nazi, Joseph Goebbels, dimana telah mencurigai bahwa komposernya adalah seorang Yahudi.

Akan tetapi, penghentian siaran justru memunculkan protes. Dan Goebbels akhirnya menyerah lalu membiarkan Lili Marleen disiarkan setiap pukul 21.55 oleh Radio Belgrade.

Tidak diduga, tentara Inggris yang menjadi musuh Jerman di Perang Dunia II pun mengagumi tembang ini. Bahkan Mereka dengan berani menggubahnya dalam Bahasa Inggris dengan judul Lili Marleen: The Theme Song of The Eight Army and the 6th Armoured Division yang kemudian disebarkan lewat leaflet.
Tentara pasukan Inggris akhirnya mengakui bahwa tembang Lili Marleen adalah tembang yang menjadi nostalgia, penyejuk rasa, sekaligus mengaduk rasa sentimentil di medan tempur. Begitu terpesonanya mereka, sehingga pasca-perang, Lale Andersen yang merupakan pelantun tembang diundang langsung untuk tampil bernyanyi di hadapan para veteran.


sumber : nationalgeographic

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top