warga sekitar rumah Sotloff yang ikut berduka - wartaperang.com
wartaperang - Keluarga Steven Sotloff, wartawan Amerika kedua yang dipenggal oleh militan Negara Islam Irak dan Suriah, mengatakan pada hari Rabu (Sep 3, 2014) bahwa dia "jiwa yang lembut," dan menantang pemimpin kelompok itu untuk berdebat tentang ajaran damai kitab suci umat Islam, yaitu Quran.

Negara Islam merilis sebuah video pada Selasa dimana Sotloff dipenggal. Para pejabat AS mengkonfirmasi keasliannya, Rabu. Presiden Barack Obama berjanji untuk "menurunkan dan menghancurkan" kelompok ini.

Barak Barfi, seorang teman Sotloff yang menjabat sebagai juru bicara keluarga, memulai pernyataan yang sudah disiapkan keluarga dalam bahasa Inggris, mengingatkan wartawan yang dibunuh sebagai penggemar sepak bola Amerika yang menikmati junk food, serial televisi "South Park" dan berbicara dengan ayahnya  tentang golf.

"Sotloff 31-tahun itu terpecah antara dua dunia", kata pernyataan itu, "tapi dunia Arab menariknya".

"Dia bukan pecandu perang. Dia hanya ingin memberikan suara kepada mereka yang tidak punya", kata Barfi di lantai satu luar rumah keluarga di Miami.

Barfi mengakhiri pernyataan dengan pernyataan dalam bahasa Arab, mengatakan "Steve meninggal sebagai martir demi Allah".

Dia kemudian menantang pemimpin Negara Islam Abu Bakr al-Baghdadi untuk berdebat Islam, mengatakan, "Celakalah kamu. Kau bilang bulan Ramadhan adalah bulan rahmat. Dimana rahmat Anda?".

"Allah tidak menyukai agresor", tambah Barfi, yang merupakan sarjana Arab dan rekan peneliti di New America Foundation think tank di Washington.

Dia melanjutkan, "Saya siap untuk berdebat dengan Anda dengan semua jenis nasehat. Saya tidak punya pedang di tangan dan saya siap untuk jawaban Anda".

Sandera Amerika lainnya yang tewas dalam beberapa pekan terakhir sebagai pembalasan atas serangan udara AS terhadap pasukan Negara Islam di Irak adalah wartawan James Foley, yang ditunjukkan dipenggal dalam sebuah video yang dirilis pada 19 Agustus.

Sotloff adalah seorang jurnalis lepas yang berwisata melakukan penulisan tentang Timur Tengah untuk majalah Time dan Foreign Policy.

"Steve bukan pahlawan", kata keluarga dalam pernyataannya.

"Seperti kita semua, dia adalah seorang manusia biasa yang mencoba untuk menemukan cahaya di dunia kegelapan. Dan jika tidak ada, ia mencoba untuk menciptakannya. Dia selalu berusaha untuk membantu mereka yang kurang beruntung dari dirinya, menawarkan layanan karir dan kontak berharga untuk pendatang baru di wilayah ini".

Sotloff diculik di Suriah pada Agustus 2013 setelah ia melaju melintasi perbatasan dari Turki.

Ia dibesarkan di daerah Miami dan belajar jurnalisme di University of Central Florida. Seorang juru bicara kementerian luar negeri Israel mengatakan di situs media sosial Twitter bahwa Sotloff juga adalah warga negara Israel.

Sotloff "merindukan kehidupan yang tenang di mana ia bisa menikmati Miami Dolphins game pada hari Minggu", kata keluarganya.

"Minggu ini kita berkabung", tambahnya. "Tapi kita akan keluar dari cobaan ini. Kami tidak akan membiarkan musuh-musuh kita untuk menyandera kami dengan satu-satunya senjata yang mereka miliki, ketakutan."

sumber: alarabiya
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top