wartaperang - Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengatakan pada hari Senin (Sep 22, 2014) bangsanya tidak akan meluncurkan serangan udara terhadap Negara Islam (ISIS) yang berbasis di Suriah meskipun telah membom target yang diduga bagian dari posisi Negara Islam di Irak utara pekan lalu.

Perancis adalah negara pertama yang bergabung dengan Amerika Serikat dalam meluncurkan aksi militer terhadap Negara Islam, yang telah memaksa pengungsi Kurdi melarikan diri melintasi perbatasan ke Turki.

Ditanya mengapa Perancis akan mengirim jet untuk mengebom target di dekat kota Mosul, Irak utara, bukan melakukan hal yang sama terhadap ISIS di Suriah, Fabius mengatakan pemerintahnya bertindak atas permintaan Baghdad untuk memberikan perlindungan udara.

"Kami telah memutuskan untuk mengatakan ya sesuai dengan Pasal 51 dari Piagam PBB dan Presiden Hollande memerintahkan serangan udara, yang telah terjadi beberapa hari lalu", kata Fabius, menjawab pertanyaan di Dewan Hubungan Luar Negeri.

Fabius menegaskan posisi Perancis bahwa ia akan terus mendukung oposisi moderat terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad, tetapi bahwa "presiden Prancis telah mengatakan kita tidak memiliki niat untuk melakukan hal yang sama di Suriah, yang saya maksud dengan serangan udara".

"Saya pikir adalah mungkin untuk bertindak. Oleh karena itu pertanyaannya adalah bukan masalah legalitas, legalitas internasional. Tapi, pertama, Prancis tidak bisa melakukan semuanya. Dan kedua, kita menganggap bahwa untuk mendukung oposisi moderat dan untuk melawan baik Bashar dan ISIS adalah sebuah kebutuhan", kata Fabius.

Komentar Fabius datang ketika oposisi Suriah menyerukan serangan udara agar segera diluncurkan terhadap pejuang Negara Islam yang telah merebut desa di utara negara itu.

"Kita harus memulai serangan udara segera di Suriah", kata Presiden Koalisi Nasional Suriah Hadi al-Bahra dalam konferensi pers.

sumber: alarabiya
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top