wartaperang - Hanya sebagian kecil dari sekitar 13.000 warga Filipina telah menyatakan keinginan untuk meninggalkan Libya meskipun pemerintah Filipina dengan panik telah berupaya untuk mengevakuasi mereka. Hal ini terjadi karena mereka takut kehilangan pekerjaan mereka di negara yang dilanda konflik, Menteri Luar Negeri Albert del Rosario mengatakan pada Minggu (3/8/2014).

Del Rosario mengatakan hanya 1.700 warga Filipina yang telah mendaftar untuk dipulangkan dari kota-kota Libya Benghazi dan Misarata serta ibukota, Tripoli, setelah Filipina menyerukan evakuasi wajib warga negaranya dari negara Afrika Utara ini.

Filipina telah menyewa sebuah kapal untuk mengangkut warga Filipina pekan ini dari Libya ke Malta, di mana penerbangan akan diatur untuk membawa mereka pulang.

Sekitar 160 warga Filipina telah melarikan diri melalui jalur darat ke Tunisia, termasuk 50 pekerja yang sempat terdampar ketika perbatasan ditutup oleh otoritas Jumat malam karena kekerasan yang meletus di tengah usaha terburu-buru untuk melarikan diri dari Libya, kata del Rosario.

"Saya tidak yakin bahwa kita bahkan bisa mendapatkan 50 persen dari mereka untuk pulang", katanya kepada The Associated Press setelah tiba di Manila dari Tunisia, di mana ia membantu mengatur evakuasi warga Filipina di Libya. "Mereka sangat takut, tetapi mereka juga khawatir akan pekerjaan mereka".

Perawat Filipina utamanya merasa khawatir untuk meninggalkan pekerjaannya karena majikannya telah meminta mereka untuk tinggal dengan gaji tambahan dan mereka berkomitmen untuk bekerja di rumah sakit mereka, kata del Rosario.

Seruan pemerintah Filipina untuk pekerja Filipina untuk keluar dari Libya meningkat setelah seorang pekerja konstruksi Filipina dipenggal beberapa minggu yang lalu dan seorang perawat diculik dan diperkosa beramai-ramai di tengah kekerasan yang meningkat.

Presiden Benigno Aquino III mengutus del Rosario ke Tunisia dengan perintah baginya untuk memastikan "tidak ada yang tertinggal," kata del Rosario, tapi ia menambahkan bahwa banyak dari warganya menolak untuk meninggalkan meskipun situasi dalam keadaan bahaya.

"Saya diberitahu bahwa jika beberapa dari mereka pergi keluar dari rumah mereka, mereka mendapatkan pemotongan uang dan penyitaan ponsel mereka", katanya. "Itulah yang menakutkan. Tak seorang pun tampaknya bertanggung jawab. Tidak ada pasukan polisi jelas jika Anda mendapat masalah, Anda tergantung kepada anda sendiri".

Filipina adalah salah satu pengirim pekerja paling banyak di dunia dunia, dengan sekitar sepersepuluh dari 100 juta penduduknya bekerja di luar negeri untuk menopang keluarga mereka dan perekonomian negara dengan uang yang mereka kirim ke rumah.

sumber: alarabiya
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top