wartaperang - Israel telah menyetujui usulan Mesir untuk gencatan senjata tiga hari dalam perang Gaza yang telah berlangsung selama empat minggu, Reuters mengutip seorang pejabat Israel mengatakan Senin (4/8/2014).

Gencatan senjata akan dimulai pada 05:00 GMT pada hari Selasa, demikian menurut pejabat yang tidak mau disebutkan namanya.

"Kami sepakat untuk mulai menerapkan inisiatif Mesir. Jika gencatan senjata ditegakkan tidak akan perlu untuk menetapkan kehadiran kekuatan [Israel] di Jalur Gaza", kata pejabat itu.

Mesir Memberikan Isyarat Gencatan Senjata

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Mesir telah mengisyaratkan bahwa kedua belah pihak yang bertikai - Israel dan kelompok militan Palestina di Jalur Gaza - bisa mencapai kesepakatan tentang 72 jam gencatan senjata yang telah disarankan.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian luar negeri Mesir mengatakan bahwa pembicaraan akan mengikuti gencatan senjata.

Ini adalah gencatan senjata kedua yang telah diusahakan oleh Mesir. Sebelum serangan darat Israel, Mesir mengumumkan gencatan senjata tanpa syarat yang harus diikuti dengan pembicaraan di Kairo dan pembukaan perlintasan perbatasan.

Israel menerima kesepakatan ini, tapi Hamas menolak kesepakatan ini dan mengatakan bahwa mereka menuntut jaminan internasional untuk mengangkat blokade, pembebasan tahanan dan dibukanya jalur penyebrangan sebelum gencatan senjata.

Tekanan Uni Eropa

Perkembangan Senin datang ketika Israel tampaknya kehilangan simpati Barat sejak serangan itu diluncurkan pada tanggal 8 Juli terhadap Jalur Gaza dimana mereka selama itu telah meluncurkan lebih dari 4.600 serangan udara di daerah pantai yang ramai.

Perang pecah pada tanggal 8 Juli ketika Israel melancarkan serangan udara dalam menanggapi berminggu-minggu serangan roket berat dari yang dilakukan oleh Hamas di Gaza. Mereka akhirnya memperluas operasi pada 17 Juli dengan mengirimkan pasukan darat.

Pada hari Minggu serangan Israel di sekolah PBB menewaskan sedikitnya 10 orang, di antaranya warga sipil yang telah mencari perlindungan dari kekerasan, yang mendorong kemarahan global termasuk kecaman langka dari sekutu Israel yaitu Amerika Serikat.

Presiden Prancis Francois Hollande pada Senin mendesak tindakan terhadap pertumpahan darah di Timur Tengah, khususnya di Gaza, di mana lebih dari 1.800 warga Palestina tewas dalam serangan Israel terhadap Hamas selama bulan lalu.

Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengatakan hak Israel untuk keamanan tidak membenarkan tindakan di Gaza dan menyerukan solusi politik untuk "dipaksakan" oleh masyarakat internasional.

"Berapa banyak lagi kematian yang diperlukan untuk menghentikan apa yang harus disebut pembantaian di Gaza?", Fabius bertanya dalam sebuah pernyataan.

Di negara tetangga Inggris, Perdana Menteri David Cameron memperingatkan Israel bahwa itu adalah "salah dan ilegal" untuk menargetkan warga sipil, dalam komentar terkuat pemimpin Inggris sejauh ini tentang konflik Gaza.

Sebelumnya pada hari Senin, Palestina mengatakan Israel telah membom sebuah kamp pengungsi di Kota Gaza, menewaskan seorang gadis delapan tahun dan melukai 29 orang lainnya, serangan inilah yang menurut versi Palestina menjadi penyebab kenapa gencatan senjata yang pertama gagal.

Militer Israel Evaluasi Serangan

Reuters mengatakan militer mengevaluasi tujuan utama dari serangan darat, penghancuran terowongan lintas batas dari Gaza, dan telah mengatakan kepada penduduk beberapa kota mereka bisa kembali ke rumah.

Pernyataan ini mengutip seorang juru bicara militer yang mengatakan bahwa beberapa pasukan masih beraksi di Gaza, tapi operasi itu hampir berakhir. Laporan media mengatakan pasukan telah menghancurkan terowongan terakhir dalam daftar target mereka.

Pejabat Gaza mengatakan 1.834 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, telah tewas dalam 29 hari serangan. Israel telah mengkonfirmasi bahwa 64 tentaranya tewas dalam pertempuran, sementara penembakan Palestina telah menewaskan tiga warga sipil di Israel.

sumber: alarabiya
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top