wartaperang - Amerika Serikat berencana untuk menjual kepada Tunisia selusin helikopter serang yang dilakukan oleh Washington untuk membantu negara Afrika Utara ini keluar dari ancaman yang meningkat dari militan Islam.

"Kami meminta Amerika Serikat untuk memberikan sekitar 12 Black Hawk", kata Presiden Tunisia Moncef Marzouki dalam pidatonya pada hari Selasa (5/8/2014) di Dewan Atlantik, sebuah kelompok pemikir di Washington.

"Kami sangat membutuhkan mereka sekarang", katanya.

Pemerintahan Obama berencana untuk menjual kepada Tunisia 12 UH-60M Black Hawk untuk estimasi total biaya sebesar $700 juta, demikian menurut pengumuman yang diposting akhir bulan lalu oleh Lembaga Kerjasama Keamanan Pertahanan, sebuah badan pemerintah AS yang mengelola penjualan senjata.

Pesawat akan dilengkapi dengan rudal Hellfire, senapan mesin dan teknologi militer canggih lainnya, menurut badan tersebut. Penjualan tersebut membutuhkan persetujuan dari Kongres.

The Black Hawk dibangun oleh Sikorsky Aircraft, sebuah unit dari United Technologies Corp

Tunisia, di mana revolusi yang telah mengubah dunia Arab dalam beberapa tahun terakhir bermula, dalam banyak hal lebih stabil dan aman dibandingkan negara-negara yang mengalami Arab Spring lainnya seperti Libya dan Suriah.

Tapi Tunisia menghadapi ancaman militan sendiri, sebagian besar akibat serangan yang dilakukan oleh kelompok Al-Qaeda cabang Ansar al-Sharia dan aliran pejuang dan senjata yang disebabkan oleh konflik lainnya di wilayah tersebut.

Sejak April, ribuan tentara telah dikerahkan ke wilayah Chaambi  pegunungan Tunisia yang berbatasan dengan Aljazair, di mana pejuang melarikan diri karena intervensi militer Prancis di Mali tahun lalu. Setidaknya 15 tentara tewas dalam serangan baru-baru saja terhadap pos pemeriksaan militer di daerah ini.

Ibu kota Tunisia, Tunis, juga mengalami serangan terhadap kedutaan besar AS pada September 2012.

"Kami tidak berharap bahwa Tunisia akan menjadi sebuah negara di mana (kami) akan memiliki serangan-serangan teroris seperti di Suriah", kata Marzouki, yang berada di Washington untuk pertemuan puncak antara AS dan pemimpin Afrika. "Kami sedikit naif", tambahnya.

Marzouki mengatakan militer Tunisia juga memerlukan pelatihan dan peralatan lainnya seperti night vision goggles.

"Ini adalah hal yang mendesak", katanya. Tunisia akan memberikan suara dalam pemilihan parlemen dan presiden musim gugur ini yang bisa mengarah pada terjadinya kekerasan terbaru memanfaatkan situasi yang ada.

sumber: alarabiya
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top