wartaperang - Seorang pelaut tugboat Indonesia lolos para penculiknya dari kelompok militan Abu Sayyaf, yang sejalan dengan kelompok militan Negara Islam (ISIS/IS), pada hari Kamis setelah ia berenang ke laut ketika mereka mengancam akan memenggal kepala dia, demikian menurut militer Filipina.

Anggota kelompok pemberontak Filipina menculik Mohammad Safyan, berumur 28 tahun di perairan Filipina selatan pada 23 Juni bersama dengan enam pelaut Indonesia lainnya.

Namun penduduk pulau Jolo di selatan negara itu melihat sandera mengambang dekat dengan pantai setelah ia berenang jauh dari penculiknya, menggunakan kegelapan malam menghilangkan jejak dari mereka, kata juru bicara militer Filipina Mayor Filemon Tan kepada Reuters.

"Kami diberitahu ia berhasil melarikan diri dengan berjalan dan berenang ke laut," kata Tan.

Sandera mengatakan bahwa militan datang untuk mengeksekusi ketika dia berhasil melarikan diri. "Kami tidak memiliki informasi tentang para tawanan lain tetapi pasukan di daerah diperintahkan untuk menggunakan segala cara untuk mencari dan menyelamatkan para sandera," lanjut juru bicara itu.

Abu Sayyaf didirikan pada tahun 1991 oleh mantan gerilyawan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF). Kelompok ini menggunakan penculikan sebagai sarana keuntungan finansial untuk mendukung operasioal kelompok sesuai keyakinan ideologis. Anggotanya berusaha untuk menciptakan negara Islam di selatan negara itu, tetapi juga sangat terlibat dalam kegiatan kriminal terlarang.

Pada bulan Juni, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengkonfirmasi pemenggalan yang dilakukan oleh kelompok ini terhadap seorang warga Kanada Robert Hall. Kelompok ini telah menyebarluaskan serangkaian video yang menunjukkan sandera asing yang dimilikinya. Para militan menuntut sekira $6.300.000 untuk masing-masing dari empat sandera.

Kelompok yang beberapa sel diantaranya telah berjanji setia kepada kelompok militan Negara Islam (ISIS), melakukan pemenggalan lagi terhadap seorang warga Kanada John Ridsdel pada bulan April di provinsi selatan Sulu setelah tenggat waktu tebusan berlalu. Kanada memiliki kebijakan untuk tidak membayar tuntutan tebusan kepada ekstremis.

sumber: newsweek

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top