wartaperang - Puluhan orang tewas dalam bentrokan antara dua suku Arab di negara bermasalah Timur Darfur, Sudan, Senin, demikian menurut seorang politisi kepada AFP.

Pertempuran pecah antara kelompok Rezeigat dan Maaliya sekitar area Abu Karinka Timur Darfur, sebuah konflik terbaru dalam serangkaian konflik etnis dan suku berdarah di wilayah tersebut.

"Rezeigat menewaskan 60 orang dalam serangan mereka pada Maaliya dan ketika Rezeigat pergi, mereka meninggalkan 36 mayat dibelakang mereka dan sejumlah orang terluka yang belum dihitung lagi," kata Hamdan Tirab, anggota parlemen negara untuk Abu Karinka , melalui telepon.

Akses ke Darfur sangat terbatas, sehingga tidak mungkin untuk secara independen memverifikasi jumlah korban.

"Pertempuran dimulai sekitar pukul 11.00 (09:00 GMT) dan berlanjut sampai senja, senjata berat dan kendaraan pemerintah digunakan," kata Tirab.

Seorang pemimpin Rezeigat mengatakan pada kondisi anonimitas: "Kami kehilangan 40 orang kami dalam pertempuran yang terjadi di daerah Abu Karinka hari ini, tapi saya tidak tahu berapa banyak yang tewas dari sisi lain".

Kekerasan terbaru terjadi di tengah ketegangan lama antara dua suku atas hak kepemilikan tanah dan tuduhan pencurian ternak.

Sebuah konferensi perdamaian yang diprakarsai pemerintah antara suku-suku di bulan Februari berakhir tanpa kesepakatan.

Pemimpin muda Maaliya Azraq Hassan Humeida kepada AFP melalui telepon menyatakan bila Rezeigat menyerang Abu Karinka, "menggunakan segala macam senjata berat, termasuk peluncur roket".

Kedua suku telah membangun kekuatan di daerah sebelum pertempuran pecah, warga Abu Karinka mengatakan melalui telepon.

"Selama tiga hari, kedua suku telah berkumpul di daerah Abu Karinka," kata Musa Hamed.

PBB mengatakan mereka sangat khawatir dengan kekerasan.

"Saya sangat prihatin dengan pertempuran ini," koordinator kemanusiaan sementara PBB untuk Sudan, Geert Cappelaere, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Saya meminta semua pihak untuk menghentikan pertempuran segera, menahan diri untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, dan mendukung upaya mediasi untuk menyelesaikan penyebab konflik ini."

Darfur dilanda konflik sejak tahun 2003, ketika pemberontak etnik meluncurkan kampanye melawan pemerintah yang didominasi Presiden Omar al-Bashir.

Konflik telah menelan 300.000 jiwa dan memaksa sekitar 2,5 juta orang meninggalkan rumah mereka, menurut PBB.

Bashir dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan perang di wilayah tersebut.

sumber: al-arabiya
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top