wartaperang - Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki menunjukkan dalam pidato kejutan hari Minggu (10/8/2014) bahwa ia tidak akan menjatuhkan tawaran untuk masa jabatan ketiga dan menuduh presiden baru negara itu melanggar konstitusi dalam pidato di televisi, dimana pembicaraan di parlemen ditunda setelah tidak mampu untuk memilih pengganti Maliki.

Maliki, yang dipandang sebagai penguasa sektarian, telah membangkang seruan dari Sunni, Kurdi, beberapa rekan Syiah dan broker kekuatan regional Iran untuk mundur untuk memilih tokoh baru yang lebih diterima semua pihak.

Maliki mengatakan ia ingin mengajukan keluhan terhadap Presiden baru Fuad Masum karena melanggar konstitusi.

"Hari ini saya akan mengajukan keluhan resmi ke pengadilan federal terhadap presiden", katanya, dalam pidato kejutan di tengah malam (2100 GMT pada hari Sabtu).

Sekitar 90 menit sebelum pidato Maliki, polisi Irak, pasukan tentara dan kontra-terorisme dikerahkan dalam jumlah yang luar biasa besar di lokasi-lokasi strategis di Baghdad, sumber keamanan mengatakan pada Senin pagi.

Seorang polisi berpangkat tinggi kepada Agence France-Presse menyatakan bahwa penyebaran dimulai sekitar 22:30 (1930 GMT).

"Ada pihak keamanan di mana-mana di Baghdad, ini adalah langkah yang sangat tidak biasa yang terlihat seperti kita akan memaksakan keadaan darurat", kata pejabat polisi.

"Beberapa jalan telah ditutup begitu pula dengan beberapa jembatan penting", kata seorang pejabat di kementerian dalam negeri. "Ini semua terkait dengan situasi politik".

Pidato datang pada hari yang sama dengan parlemen Irak pada hari Minggu yang ditunda sampai 19 Agustus dimana anggota parlemen tidak dapat menyetujui calon untuk jabatan perdana menteri meskipun tekanan internasional terus berkembang, mengatakan beberapa anggota parlemen.

"Tidak akan ada penjelasan atas keterlambatan ini", kata Ammar Toma, seorang anggota parlemen Syiah dari partai Fadhilah. "Ada hal-hal penting di atas meja. Nasib para pengungsi, situasi keamanan".

Presiden AS Barack Obama, Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius selama dua hari terakhir telah menekankan bahwa Irak membutuhkan pemerintahan baru dan bersatu untuk memimpin perang melawan jihadis yang mengendalikan sebagian besar negara.

Banyak pihak menyalahkan pada krisis yang sekarang terjadi pada Maliki, yang oleh para kritikus menyatakan bila kebijakannya meminggirkan orang Sunni Arab, mendorong mereka ke dalam pelukan jihadis.

Meskipun memenangkan pemilu di bulan April, konflik dua bulan terakhir yang mematikan ini telah membuat posisinya tidak dapat dipertahankan.

Maliki telah kehilangan dukungan dari banyak mantan sekutu, termasuk Washington, Teheran, kepemimpinan berpengaruh Syiah Irak dan bagian penting dari partai Dawa sendiri.

sumber: alarabiya
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top