wartaperang - Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Krimea menandatangani perjanjian pada hari Selasa menyatakan bila Krimea resmi menjadi bagian dari Rusia.

Putin menandatangani perjanjian dengan Perdana Menteri Krimea Sergei Aksyonov dan pemimpin Krimea lainnya pada upacara di Kremlin dihadiri oleh kedua  parlemen. DPR, yang masih harus meratifikasi perjanjian itu memberikan tepuk tangan dan sorak-sorai setelah penandatanganan.


AS dan Inggris Bereaksi

Wakil Presiden AS Joe Biden mengatakan setelah perjanjian bahwa dunia melihat melalui tindakan Rusia dan akan menjatuhkan sanksi lebih pada negara tersebut.

Biden memberikan pernyataannya setelah bertemu dengan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk di Warsawa. Dia mengumumkan bahwa AS akan bergabung dengan Polandia dan masyarakat internasional dalam mengutuk serangan Rusia terhadap kedaulatan Ukraina, menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.

Wapres juga menekankan bahwa seluruh dunia menolak referendum di Krimea.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan Inggris akan menangguhkan kerjasama militer dengan Rusia.

Dia juga mengatakan pada hari Selasa ketika berbicara kepada parlemen bahwa Putin telah memilih jalur isolasi Rusia setelah mencaplok wilayah Krimea Ukraina.

"Hal ini disesalkan mendengar Presiden Putin memilih 'jalur isolasi', menyangkal warga negaranya sendiri dan Krimea, kemitraan dengan masyarakat internasional dan keanggotaan penuh dari berbagai organisasi internasional" katanya.

Hague memperingatkan ada potensi serius di Ukraina yang dapat menggunakan insiden ini sebagai alasan untuk eskalasi militer lebih lanjut.

Ukraina Menolak Pakta

Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan pada hari Selasa bila mereka tidak mengakui perjanjian yang ditandatangani di Moskow yang membuat semenanjung Krimea bagian dari Rusia.

"Kami tidak mengakui dan tidak akan pernah mengakui apa yang disebut kemerdekaan dan apa yang disebut kesepakatan tentang integrasi Krimea ke Rusia", kata juru bicara kementerian Yevgen Perebyinis, sambil menambahkan bahwa kesepakatan ditandatangani "tidak ada hubungannya dengan demokrasi, rule of law atau masuk akal".

"Putin sangat jelas menunjukkan betapa nyata ancaman Rusia untuk keamanan internasional", tambahnya.

93% dari Krimea pemilih mendukung keputusan untuk bergabung dengan Rusia dalam apa yang dikutuk sebagai "referendum ilegal" oleh Kiev dan Barat tetapi didukung oleh Moskow. Kiev sendiri mengatakan telah mencapai gencatan senjata dengan Kremlin atas Krimea.

Mayoritas dukungan pemilih 1,5 juta - warga Krimea yang bergabung dengan Federasi Rusia mempunyai ekspektasi pertumbuhan ekonomi dan prospek yang lebih baik  yang mampu menegaskan dirinya di panggung dunia.

Namun, referendum dilihat oleh orang lain sebagai pencaplokan tanah Ukraina lewat jalan politik oleh Kremlin yang berusaha untuk mengeksploitasi kelemahan ekonomi dan militer Ukraina.

sumber: alarabiya

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top