wartaperang - Pemimpin negara-negara Arab bertemu di Kuwait pada Rabu mengutuk pembunuhan yang dilakukan oleh pemerintah Suriah dan menyerukan penyelesaian politik untuk mengakhiri perang saudara tiga tahun yang sedang berlangsung.

Pernyataan akhir yang dikeluarkan pada akhir pertemuan puncak Liga Arab dua hari mengatakan krisis hanya akan diselesaikan melalui cara-cara politik.

"Kami mengutuk pembantaian dan pembunuhan massal yang dilakukan oleh pasukan rezim Suriah terhadap rakyat tak bersenjata", kata Kementerian Luar Negeri Kuwait wakil Khaled al-Jarallah saat ia membacakan pernyataan.

"Kami menyerukan solusi politik untuk krisis Suriah sesuai dengan deklarasi Jenewa I" tambahnya.

Liga Arab juga memperbarui dukungannya kepada oposisi Suriah National Coalition(SNC), mengatakan bahwa mereka dianggap sebagai wakil sah rakyat.

Pertemuan Liga Arab yang ke-22 diselenggarakan pada Selasa di tengah perselisihan di antara para pemimpin Arab atas isu-isu seperti krisis Suriah dan kerusuhan di Mesir.

Putra Mahkota Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz pada Selasa menyerukan kepada Liga Arab untuk memberikan Koalisi Nasional Suriah, kelompok oposisi utama Suriah, kursi di pertemuan ini.

Ketua Liga Arab Nabil al-Arabi sebelumnya mengatakan bahwa Koalisi Nasional Suriah tidak akan mengisi kursi kosong di pertemuan karena belum memenuhi persyaratan hukum.

Salman menyerukan "perubahan keseimbangan kekuatan" di tanah di perang sipil Suriah, mengatakan krisis di sana telah mencapai kondisi bencana.

Pembicaraan damai Palestina

Deklarasi akhir juga mendukung penolakan Palestina untuk mengakui Israel sebagai negara Yahudi, permintaan Israel yang dapat mengganggu pembicaraan damai yang disponsori oleh Amerika Serikat.

"Kami menyatakan penolakan total kami dari seruan untuk mempertimbangkan permintaan Israel sebagai negara Yahudi" tambah pernyataan itu.

Orang-orang Palestina mengakui Israel pada awal proses perdamaian di awal 1990-an, namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menegaskan mereka sekarang harus diakui sebagai tanah air nasional rakyat Yahudi, dalam sebuah langkah yang secara efektif akan membuang "hak kembali" bagi para pengungsi Palestina.

Selama KTT pada hari Selasa, pemimpin Palestina Mahmoud Abbas mendesak agar negara Palestina dikembalikan sesuai dengan perbatasan 1967 dengan Jerusalem sebagai ibukotanya.

Dia juga menyerukan untuk menyelesaikan krisis pengungsi berdasarkan resolusi PBB 194.

sumber: alarabiya

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top