wartaperang - Kepala HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin mengutuk seringnya menggunakan penyiksaan di penjara oleh kedua kelompok oposisi dan pasukan rezim.

"Dalam konflik bersenjata, penyiksaan merupakan kejahatan perang. Bila digunakan secara sistematis atau meluas, yang hampir pasti terjadi di Suriah, itu sama dengan kejahatan terhadap kemanusiaan", kata Navi Pillay, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB melaporkan.

Pillay menyerukan kepada kedua belah pihak untuk menghentikan penyiksaan segera.

"Saya mendesak pemerintah dan kelompok oposisi bersenjata di Suriah untuk segera menghentikan penggunaan penyiksaan dan perlakuan buruk, dan untuk melepaskan semua orang yang telah ditahan sewenang-wenang dalam kondisi yang jelas melanggar standar HAM internasional. Mereka yang ditahan harus diperlakukan secara manusiawi".

Saksi Mata

Pernyataan ini bertepatan pada saat kantor Pillay merilis sebuah laporan yang berisi laporan dari korban saksi penyiksaan.

"Setelah tiba di fasilitas penahanan, tahanan secara rutin dipukuli dan dipermalukan selama beberapa jam oleh penjaga dari apa yang kemudian dikenal sebagai 'pesta penerimaan'", kata laporan itu, menambahkan bahwa pria, wanita dan anak-anak semua menjadi target.

"Banyak aktivis - sering siswa - serta pengacara, tenaga medis dan pekerja kemanusiaan, dan beberapa hanya kebetulan berada di tempat yang salah pada waktu yang salah", katanya.

Sementara itu, oposisi Suriah yang didukung Barat menyerukan Amerika Serikat untuk memberikan "respons yang tepat" untuk apa yang dikatakan adalah genosida yang dilakukan oleh pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al - Assad di Aleppo, kota kedua negara itu, Reuters melaporkan.

Dalam sebuah surat kepada Menteri Luar Negeri AS John Kerry tanggal 8 April, kepala Koalisi Nasional Suriah, Ahmad Jarba, juga menolak tuduhan bahwa pemberontak telah menargetkan warga Kristen dan menodai tempat suci di provinsi Latakia, di pantai Mediterania.

"Dalam minggu-minggu terakhir, rezim Assad telah melakukan kampanye pemboman intens terutama di Aleppo... dengan bom barel menggunakan minyak mentah, tanpa pandang bulu membunuh dan melukai sejumlah warga sipil... menghancurkan seluruh lingkungan dan menyebabkan eksodus besar-besaran pengungsi baru", Jarba mengatakan dalam suratnya.

sumber: alarabiya

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top