wartaperang - PBB prihatin dengan adanya Negara Islam di Afghanistan tetapi mengatakan bahwa kekuatan kelompok militan untuk menyatukan para pemberontak adalah lebih penting daripada kemampuan IS di negara yang dilanda perang, kata seorang pejabat PBB, Senin.

Utusan PBB Nicholas Haysom memberikan penjelasan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai Afghanistan, di mana upaya sedang dilakukan untuk menengahi diakhirinya 13 tahun konflik antara Taliban yang digulingkan dalam perang pimpinan AS pada 2001, dengan Afghanistan dan pasukan asing.

Pasukan Afghanistan menewaskan 10 pejuang yang mengaku menjadi bagian dari Negara Islam pada hari Minggu, di tengah laporan bahwa meningkatnya jumlah pejuang Taliban yang telah bergabung dengan kelompok militan yang telah merebut sejumlah bagian wilayah di Suriah dan Irak.

"UNAMA (misi PBB di Afghanistan) memberikan penilaian bahwa kehadiran kelompok menjadi perhatian, namun makna ISIL adalah tidak begitu banyak memberi arti dibanding kapasitas intrinsik di daerah tetapi potensinya untuk menawarkan tiang bendera alternatif bagi kelompok sempalan pemberontak yang terisolasi," kata Haysom kepada DK PBB.

Laporan terbaru Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon kepada Dewan Keamanan Afghanistan mengatakan beberapa komandan Taliban telah menyatakan setia kepada Negara Islam dan bahwa terjadi peningkatan jumlah mencari dana atau kerjasama dengan Negara Islam.

"Tidak ada indikasi dukungan meluas atau sistematis untuk atau akomodasi dari ISIL di Afghanistan," kata laporan itu.

Kelompok Islam radikal telah menyatakan Kekhalifahan di wilayah yang dikendalikan di Suriah dan Irak. Sebuah aliansi pimpinan AS telah menargetkan Negara Islam dengan serangan udara di Irak dan Suriah selama enam bulan terakhir.

Militan setia kepada Negara Islam juga telah memanfaatkan kekacauan di Libya, sementara Boko Haram, yang berusaha untuk mengukir sebuah emirat Islam dari timur laut Nigeria, telah juga berjanji setia kepada Negara Islam.

Di Afghanistan, Haysom mengatakan ada "alignment keadaan yang kondusif untuk mendorong pembicaraan damai" antara pemerintah Afghanistan dan Taliban. Para pejabat mengatakan bulan lalu Taliban Afghanistan telah memberikan sinyalemen bersedia untuk membuka pembicaraan damai.

Tentara dan polisi Afghanistan mengalami kerugian besar tahun lalu, puncak paling berdarah sejak perang dimulai. Sejumlah 3.699 warga sipil Afghanistan tewas pada 2014, kata PBB.

Haysom mengatakan PBB "terus melakukan dialog secara terbuka dengan Taliban untuk akses kemanusiaan dan hak asasi manusia."

sumber: ZA
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top