wartaperang - Mortir menghantam sekolah di Damaskus pada Rabu, menewaskan sedikitnya 11 anak-anak, kata aktivis, dan jumlah korban tewas kemungkinan bertambah.

Itu kekerasan paling serius terhadap anak di bawah umur di Suriah sejak bom bunuh diri kembar menewaskan sedikitnya 25 anak-anak di dekat sebuah sekolah di bulan Oktober.

Anak-anak dari Sekolah Haya di kota Qaboun dikejutkan oleh tiga mortir, kata seorang aktivis lokal yang menggunakan nama Abu Akram al-Shami. Aktivis lokal lain, Amar al-Hassan, yang berbasis di dekat Damaskus, juga mengkonfirmasi insiden itu, seperti yang dilakukan Rami Abdurrahman dari Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia.

Abdurrahman mengatakan 11 anak-anak dipastikan tewas, namun jumlah tersebut kemungkinan bertambah karena banyak anak-anak terluka serius.

Seorang wanita berteriak sambil memukuli dadanya dalam kesedihan dan shock. "Anakku, anakku!" Dia menangis, dalam video yang diunggah dari insiden tersebut.

Situasi lain menunjukkan setidaknya lima anak laki-laki berdarah dan tergeletak tak bernyawa atas lantai sebuah fakultas kedokteran.

Video yang muncul dikabarkan asli menurut Associated Press yang melaporkan kejadian.

Aktivis lokal, Media Office Qaboun, mengatakan sedikitnya 17 anak-anak tewas. Jumlah Korban yang meninggal memang kadang bertentangan bila terjadi sebuah insiden di Suriah.

Tidak segera jelas siapa yang menembakkan roket. Baik pasukan pro-pemerintah yang setia kepada Presiden Bashar Assad dan pemberontak yang menentang pemerintahannya menggunakan senjata.

Telah ada gencatan senjata di Qaboun selama sekitar lima bulan terakhir antara pemberontak dan pasukan yang setia kepada Presiden Bashar Assad, dan kota ini tidak mengalami kekerasan yang serius sejak itu. Kota yang menjadi tuan rumah ribuan warga Suriah yang telah secara paksa keluar dari wilayah yang dikuasai pemberontak lainnya.

Aktivis mengatakan mereka percaya pasukan loyalis Assad menembakkan mortir - karena hal itu tidak mungkin bahwa pemberontak akan menembak pada orang-orang mereka sendiri. Pejabat pemerintah tidak segera memberikan komentar.

Anak-anak Suriah telah sering menjadi korban perang di negara itu, sekarang dalam tahun keempat, tetapi mereka jarang ditargetkan secara khusus.

Namun pada bulan Oktober, dua pembom bunuh diri menyerang sebuah sekolah di pusat kota Homs, menewaskan 32 orang, termasuk 25 anak-anak.

Juga di Suriah, di daerah yang didominasi Kurdi jauh di utara dan timur laut, Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris mengatakan pasukan Kurdi membagikan selebaran kepada warga, memerintahkan mereka untuk melapor ke kantor keamanan untuk melakukan wajib militer. Kurdi Suriah menjalankan daerah yang sebagian besar otonom sendiri, salah satunya disebut Rojava.

Mereka telah berada di garis depan pertempuran perluasan militan dari kelompok Negara Islam.

Pertempuran mereka melawan ekstrimis di kota perbatasan Suriah Kobani telah menangkap perhatian internasional, dan AS telah membantu para pejuang dengan serangan udara.

Pejabat senior Kurdi Suriah, Anwar Muslim mengatakan langkah itu diperlukan untuk mengusir ekstremis.

"Kami ingin semua orang untuk datang, berlatih dan belajar untuk membawa senjata, tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Kita perlu semua orang untuk belajar bagaimana untuk membawa senjata agar mampu mempertahankan diri dan melindungi daerah mereka dan desa-desa mereka", kata Muslim. Dia berbicara di Irbil, ibukota daerah Kurdi yang merupakan daerah otonom di Irak utara.

sumber: alarabiya
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top