wartaperang - Ketegangan berkobar Minggu antara Aljazair dan Maroko setelah Rabat menuduh seorang tentara Aljazair menembaki warga sipil Maroko yang melintasi perbatasan bersama mereka dan melukai salah satu dari mereka.

Aljazair menuduh pada hari Minggu bahwa Rabat telah keliru mengenai fakta ini sehari setelah Maroko telah memanggil duta besar Aljazair dengan "penuh semangat memprotes" penembakan itu.

Perbatasan antara dua negara tetangga Afrika Utara telah ditutup sejak tahun 1994, dan hubungan telah tegang terutama karena sengketa Sahara Barat.

Pemerintah Maroko dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa seorang tentara Aljazair pada Sabtu menembaki selusin warga sipil di sepanjang perbatasan dekat kota timur laut Oujda.

Salah satunya, 28 tahun, tertembak di wajah oleh tiga peluru dan "luka parah", kata pernyataan itu.

Ini menggambarkan penembakan itu sebagai "insiden serius" dan "tindakan yang tidak bertanggung jawab yang datang di atas tindakan provokatif lainnya sepanjang perbatasan.

Kementerian luar negeri memanggil duta besar Aljazair untuk menuntut penjelasan sementara Menteri Dalam Negeri Mohamed Hassad mengatakan tentara harus "dibawa ke pengadilan", kata kantor berita Maroko MAP.

Tapi pada hari Minggu kementerian luar negeri Aljazair memukul balik, mengatakan tuduhan Rabat adalah "palsu".

Sebuah pernyataan mengakui bahwa penjaga perbatasan Aljazair telah menembakkan "dua tembakan peringatan di udara" setelah mendapat serangan dari "penyelundup Maroko yang melempari mereka dengan batu".

"Para penjaga perbatasan bereaksi secara profesional dengan menembakkan dua tembakan peringatan di udara yang sama sekali tidak dapat menyebabkan orang terluka," kata kementerian itu.

"Fakta telah dimanipulasi dan pernyataan pejabat Maroko mencerminkan sikap yang tidak bertanggung jawab yang tidak sesuai dengan nilai-nilai persaudaraan dan hubungan bertetangga yang baik," katanya.

Sahara Barat telah menjadi duri dalam hubungan antara Maroko dan Aljazair.

Maroko menduduki banyak wilayah Sahara Barat pada tahun 1975 setelah mantan penguasa kolonial Spanyol mengundurkan diri tapi wilayah ini diklaim oleh Front Polisario pro-kemerdekaan yang didukung Aljazair.

Sengketa ini telah menghambat kerja dari lima negara Arab Maghreb Union - yang juga termasuk Libya, Tunisia dan Mauritania - diciptakan pada tahun 1989 sebagai sebuah blok perdagangan.

sumber: alarabiya
oleh: n3m0

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top