Abbas - Courtesy of jerussalemonline
wartaperang - Pada tanggal 15 Mei, Komite Sentral PLO akan bertemu di Ramallah untuk membahas penghentian total hubungan diplomatik dengan Israel. Jika disetujui, keputusan ini akan dibuat hanya beberapa minggu sebelum pemerintahan Trump menerbitkan rencana perdamaiannya untuk konflik Israel-Palestina.

Mahmoud Aloul, anggota dalam kepemimpinan Fatah mengatakan bahwa ini berarti tidak lagi mengakui Israel sebagai negara, dan penangguhan koordinasi keamanan antara Israel dan pasukan keamanan Palestina.

Ancaman PLO datang sebagai tanggapan terhadap keputusan Israel untuk mengurangi jumlah pajak tahunan Palestina yang dibayarkan oleh Otoritas Palestina kepada teroris dan keluarga mereka karena melakukan serangan teroris.

Aloul juga menyalahkan AS atas situasi tersebut dengan mengatakan bahwa pemerintah AS "telah meningkatkan eskalasi di wilayah tersebut setelah keputusannya untuk memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem dan mendorong permukiman Israel."

"Pemerintah AS telah memilih eskalasi di wilayah tersebut setelah keputusannya untuk memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem dan mendorong permukiman Israel," katanya.

Baru-baru ini, pemerintah Palestina juga mengumumkan bahwa mereka akan berhenti mengirim warga Palestina ke Israel untuk perawatan medis. Selama beberapa tahun terakhir, sekitar 1.500 warga Palestina dirawat setiap minggu di rumah sakit Israel untuk perawatan medis.

Sementara itu dalam berita lainnya, seorang warga Palestina telah tewas ketika dalam penangkapan tentara Israel. Klaim berbeda disampaikan baik dari pihak keamanan Palestina maupun dari pihak keamanan Israel.

Sumber: Click Disini

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top