Israel - Menurut pejabat intelejen Israel - Major Jenderal Avi Kohavi - yang melakukan paparan di konferensi Herzliya tahunan dengan topik Keamanan dan Kebijakan, pihak Presiden Suriah Bashar al-Assad mempunyai rencana untuk menggunakan senjata kimia terhadap pemberontak.

"Assad telah melakukan sebuah kemajuan dalam menyiapkan senjata kimia. Dia belum memberikan perintah, namun dia telah mempersiapkannya", demikian katanya. Dia juga menambahkan bila pemimpin Suriah masih menguasai dan mengontrol gudang senjata Kimia di Damascus, peralatan militer dan kekuatan angkatan udara.

http://robust-chemical.com/lemari-asam-fume-hood-based-on-wooden-structure/ .adv - Dalam konferensi yang sama, salah satu pimpinan militer Benny Gantz juga mengingatkan bila grup teroris berperang bersama-sama dengan para pemberontak untuk menjatauhkan rezim Assad semakin kuat.

"Situasi di Suriah semakin berbahaya. Kelompok teroris semakin kuat. Mereka sekarang berperang melawan Assad, namun di masa depan mereka akan berbalik melawan kita", demikian kata Gantz
Disisi lainnya, Iran dan Hizbullah menggunakan seluruh kemampuan untuk terus mendukung rezim Assad, baik dengan konsultasi strategis, intelejen maupun senjata.

"Jika Assad jatuh, Iran akan kehilangan kemampuan untk mengirimkan senjata melalui Suriah ke Hizbullah", demikian dia menambahkan.
Menurutnya juga, Iran dan Hizbullah telah membentuk sebuah kesatuan militer yang dilatih oleh Hizbullah dan dibiayai oleh Iran. Pasukan ini terdiri dari 50.000 orang dan mereka berencana untuk meningkatkannya menjadi 100.000 orang.

Pasokan Senjata Tertangkap

Dalam kesempatan lainnya, televisi Suriah menayangkan kemarin bila tentara Suriah telah menyergap dan berhasil menangkap sebuah truk yang penuh dengan persenjataan. Senjata-senjata tersebut terdiri dari roket-roket Israel, jaket militer, teropong dan lain-lain.

Truk ini dilaporkan sedang menuju Sbeineh yang terletak di sebelah selatan Damaskus ketika tentara Suriah menangkapnya.

Saat ini setidaknya 70.000 orang telah tewas dalam perang Suriah yang telah berlansung selama dua tahun. Peperangan itu sendiri telah semakin meningkatkan ketegangan di kawasan dan mulai melibatkan negara-negara tetangga.

Prancis dan Inggris kemarin juga telah menyatakan mengangkat embargo senjata terhadap Suriah dengan tujuan agar bisa mengirimkan dukungan langsung terhadap pemberontak Suriah. Namun pemerintahan Eropa sangat menentang keputusan ini karena khawatir gerakan ini hanya akan menambah situasi semakin genting.

sumber: al-arabiya

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top