New York - Situasi memanas terjadi dikawasan Asia timur ketika Korea Utara mengancam akan mengirimkan rudal nuklirnya ke Amerika Serikat bila PBB bersikeras untuk memberikan sanksi kepada Korea Utara. Demikian dikatakan oleh juru bicara kementrian luar negeri Korea Utara yang tidak dapat disebutkan namanya.

"North Korea akan melaksanakan haknya melakukan preemptive serangan nuklir untuk menghancurkan benteng musuh karena Washington telah memaksa melakukan perang nuklir terhadap Korea Utara", demikian katanya.

Pihak barat menanggapi ancaman ini dengan dingin saja dan menganggap pernyataan ini hanya pernyataan retoris belaka. Korea Utara memang sering melemparkan pernyataan-pernyataan tajam dikawasan, namun negara-negara lawan seperti Jepang dan Korea Selatan telah menganggap hal itu biasa saja. Pihak barat pun beranggapan bila Korut belum mampu menguasai dengan benar rudal antar balistik yang bisa dipasangi kepala nuklir.

Ancaman Korea Utara ini terjadi setelah mereka melakukan uji coba peledakan senjata nuklir baru-baru ini. Aksi tersebut memancing reaksi keras dari luar termasuk sekutu Korea Utara di kawasan yaitu China.

PBB Memberikan Sanksi
Dan hari ini ternyata gertakan dari Korea Utara sama sekali tidak menghentikan PBB untuk mengeluarkan sanksi bagi Korea Utara yang disetujui oleh Badan Keamanan PBB termasuk China didalamnya.
Dengan tekanan yang semakin tinggi di kawasan Korea, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengunjungi unit militer yang berada di garis depan perbatasan bagian selatan yang berjumlah 26.000 pasukan.

Sanksi yang diberikan berupa pembatasan dalam hal finansial dimana setiap transfer uang yang berhubungan dengan program nuklirnya akan diblok. Sanksi ini dikeluarkan setelah Badan Keamanan PBB berdiskusi dengan China selama 3 minggu.

"Ketika Korea Utara mencoba untuk memindahkan uang untuk membayar program nuklir maupun rudal balistik, negara-negara yang terlibat harus memblok transfer tersebut, meskipun transfer itu dimasukan kedalam tas yang berisi penuh dengan uang", demikian pernyataan duta besar AS untuk PBB, Susan Rice

Sumber: todayszaman

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top